30 Januari 2020

Islam yang Saya Kenal dan Saya Cintai

Sebagai orang yang sejak kecil sering membaca biografi tokoh-tokoh agama Islam, saya merasa sedih melihat perkembangan Islam di Indonesia akhir-akhir ini. Saya tidak sedih karena semakin banyak orang yang "berhijrah". Saya tidak ada masalah dengan mereka. Yang bikin saya sedih adalah orang-orang yang mengaku Islam tapi tiap hari menyebarkan kebencian baik itu secara implisit atau eksplisit di media sosial.

Saya yang sejak kecil sudah dikenalkan oleh Ayah saya dengan tokoh semacam Gus Dur dan Gus Miek yang sangat humanis sangat sedih melihat Islam yang semakin ke sini menjadi semakin sering dipahami secara kaku dan lebih mementingkan bungkus daripada isi.

Sejak kecil saya sudah sering diajak Ayah untuk berkunjung kepada para Ulama yang dikenal mempunyai kelebihan. Atau kalau memakai istilah umum biasa disebut sebagai wali. Meskipun yang bersangkutan tidak pernah menyebut dirinya istimewa, sudah menjadi rahasia umum kalau beberapa ulama tersebut adalah sosok yang mempunyai kelebihan.

Entah kenapa sejak kecil saya selalu tertarik dengan sisi mistisme dalam agama Islam. Bagi saya, sisi mistisme dalam agama itu jauh lebih menarik untuk didalami daripada sisi luarnya. Mungkin inilah yang membuat saya dari dulu selalu tertarik dengan sufisme dan lebih tertarik dengan Ushul Fiqh (dasar pengambilan hukum) daripada Fiqh (hukum)-nya sendiri. Selain juga tertarik pada Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits, dan Usul Fiqh. Meskipun oleh beberapa kalangan sufi dipahami sebagai aliran sesat, saya merasa para sufi adalah orang-orang yang mengamalkan Islam dengan sangat jernih.

Islam dicintai bukan karena pedang. Islam banyak dipeluk orang bukan karena mengajarkan perang. Islam, jika dimaknai secara bahasa adalah penyelamatan. Berasal dari wazan Aslama, Yuslimu, Islamun (bisa juga dibaca Islaman).

"Orang Islam adalah orang yang menyelamatkan orang Islam  lain dari lidah (ucapan) dan tangannya (perbuatannya)."
Share:

0 comments:

Posting Komentar